watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

TANTE TERSAYANG

Ah, lega rasanya, setelah hampir setahun penuh
berkutat dengan pelajaran, akhirnya aku dapat
menyelesaikan Ujian Akhir Sekolahku dengan
baik,yah walau pun aku tak berani menjamin aku
dapat nilai tinggi pada ujian itu, yang penting
semua telah berlalu dan aku sekarang bebas.
Nafsuku juga sudah tak tertahankan lagi, selesai
ujian aku langsung mencari "istri-istriku" tapi
mereka semua hilang entah kemana, katanya sih
pergi hura-hura, bahkan Putri, yang biasanya tak
pernah menolak pun, dengan memelas
mengatakan malam ini ia tak bisa karena besok
harus pergi ke luar kota utuk mendaftar di
universitas.
"Ya sudahlah" batin ku dalam hati, dan aku
sangat bersyukur saat teman-teman kostku
yang umumnya sudah kuliah mengajak hang
out di kafe sambil nonton live band. Tak apalah,
toh aku sudah lama tidak jalan bareng mereka,
maklum, semenjak nilai kelulusan UAN
dipertinggi, aku seketika jadi kutu buku yang
terus belajar.
Akhirnya dengan sedikit malas-malasan aku
mandi, berpakaian seadanya lalu pamit pada Ibu
kost yang masih saudara jauhku, lalu tanpa
terasa, akibat obrolan akrab yang rileks, akhirnya
kami sudah mengambil tempat di salah satu
meja di kafe tersebut. Aku masih sangat asing
dengan kafe tersebut, karena mamang baru saja
dibuka sewaktu aku sedang berkutat dengan
soal-soal.
Waktu terus bejalan, sampai tak terasa kami
sudah duduk selama 2 jam di kafe itu, dan
karena ini bukan malam minggu, kafe tersebut
sudah lumayan sepi, dan kami sadari hanya
kamilah saat itu yang masih menyandang status
remaja, selain musisi band kafe tentunya.
Lainnya merupakan orang kantoran yang
sedang bersantai sehabis lembur, beberapa
pasangan, yang semuanya berusia jauh diatas
ku.
Tiba-tiba seorang pelayan kafe menghampiriku,
dengan setengah bebisik ia menyampaikan
sebuah pesan untukku
"Permisi mas, ini ada titipan" ujarnya sambil
menyerahkan secarik kertas padaku
"Dari siapa mbak?"
"Maaf, dia menolak untuk diberitahu" jawab
pelayan tersebut yang membuatku semakin
penasaran, langsung saja aku buka memo itu
"MISCALL KE NO INI DONG 081********"
Seketika dahiku mengerut membaca memo itu,
lalu karena penasaran aku langsung
menghubungi nomor itu, setelah tersambung
dan saat aku hendak bertanya siapa disana, tiba-
tiba dia menutup teleponnya. Penasaran aku
mencoba menghubungi kembali, namun yang
ada hubungan diputuskan sebelum tersambung.
Setengan jengkel aku memasukkan hpku ke saku
kembali, lalu kembali tenggelam dalam cerita
seru teman-temanku, yang ternyata tidak tahu
kejadian barusan. Sedang asik-asiknya bercanda,
tiba-tiba hpku berdering, lalu dengan segera aku
melihat ke panel untuk mengetahui siapa yang
menelepon, ternyata nomor yang tadi.
"Hallo"
"Hai, sori yah mengganggu, tapi boleh kenalan
ga`?"
"Ya boleh saja, tapi kamu dimana?"
"Lihat saja kearah jam 4" lalu dengan refleks aku
berbalik dan menemukan sesosok wanita
sedang melambai kearahku.
"Kesini dong"
Langsung saja aku mencuil lengan temanku dan
mengatakan aku ingin ke toilet, dan akupun
berjalan menuju wanita itu,dia mengenakan baju
coklat dengan pundak terbuka serta celana jins
dan tak pakai lama aku ketahui namanya ternyata
Linda, dan yang membuat aku terkejuta adalah
umurnya ternyata sudah mencapai 34, padahal
dari tadi aku menyangka paling banyak dia
berumur 25 tahun, cantik, menarik, dan kalau
aku boleh bilang, seksi. Dan untuk
menghormatinya aku merubah panggilan kakak
menjadi tante Linda.
Aku tak pandai menaksir tinggi berat dan tinggi
tubuh seseorang, tapi aku amat tertarik pada
kedua bukit kembarnya yang menjulang dan
masih terlihat kencang
"Mand, kalo ngomong ma orang tuh, yang di
perhatiin tu mukanya bukan toket nya" ujar tante
Linda di sela-sela omongan
"Astaga"kataku dalam hati
"Eh... sori tan, abis bagus banget si, gede,
padet,asik kali yah kalo bisa ngeremes" ujarku
spontan sambil pasrah apabila tante Linda
langsung menempeleng mukaku, karena berkata
kurang ajar, tapi ternyata
"Eh jadi toket aku masih menarik yah" tanyanya
sambil melirik ke toketnya, aku yang merasa
dapat angin langsung melanjutkan
"Iya tante, masi bagus, tante pandai yah
merawatnya"
Saat sedang asik-asik ngobrol, teman-temanku
mencuil lenganku lalu mengajakku pulang,
sekalian saja aku mengenalkan mereka pada
tante Linda, dan entah bagai mana sepertinya
tante Linda meyakinkan mereka kalau kami
punya hubungan saudara dan sudah lama tak
bertemu, temanku yang tadinya ingin
mengajakku pulang jadi meninggalkan aku
dengan tante Linda, setelah tante Linda
meyakinkan dia yang akan mengantarku pulang.
"Tapi kamu mo ngeremes toket tante, jadi ga` pa
pa kan tante ngaku jadi saudara kamu" ujarnya
seperti bisa membaca keherananku setelah
teman-temanku pergi
"Eh... iya" jawabku agak grogi mendengar
perkataan tante Linda
"Hihihi... ko malah grogi si?"
"Eh... enggak ko tan, biasa aja, j...jadi mand
boleh ngeremes ni tan?" kataku mencoba berkata
selurus mungkin tapi aku yakin dan pasti
suaraku seperti orang ketakutan, dan aku makin
yakin pada hal itu saat mendengar tawa tante
Linda
"Hahaha... jangan grogi gitu dong, biasa aja"
"Yuk ah, kita pergi, kafenya juga dah mau tutup
ni" kata tante Linda lalu menarik tanganku keluar
kafe dan langsung menuju parkiran.
Akhirnya kami sudah berada dalam BMW m3
silver kepunyaan tante Linda, lalu setelah
memutar musik klasik di tape mobilnya ia
dengan tiba-tiba menurunkan pundak bajunya
sampai ke perutnya sehingga terlihatlah bh
putihnya, tak pakai lama, bh itu sudah terlepas
dan tergeletak begitu saja di jok belakang, aku
hanya menelan ludah melihat sepasang tonjolan,
lebih tepatnya gundukan besar di dadanya,
menggantung tegak menjulangkan putting coklat
muda di tengah-tengah gundukan itu
"Lho, ko cuma diliatin? Katanya mau ngeremes?"
kata tante Linda
Langsung saja aku menerkam gundukan nafsu
itu dengan liarnya, yang membuat tante Linda
menjadi merintih-rintih seketika. Seolah terpacu
oleh sura rintihan itu, aku semakin liar
menggarap toket itu, yang kanan ku jilati, kugigit
puttingnya, sedang yang kiri aku tangani dengan
tangan kiri, aku remas dengan lembut tapi penuh
nafsu, sambil terkadang menjentil-jentil
putingnya.
"Sayang, sabar dulu yah, kita kerumah aku aja,
kalo disini ntar kepergok lagi" ujar tante Linda,
dan aku pun menggauk tanda setuju, tapi aku
tetap menahan tangan tante Linda saat ia hendak
membenahi bajunya, jadilah sementara tante
Linda mengemudi tanganku tetap
mempermainkan toketnya itu.
Tak lama, mobil tante Linda sudah memasuki
gerbang sebuah rumah besar di pinggir kotaku.
Bukan besarnya rumah yang membuatku
terkejut, tapi aku sudah sangat kenal dengan
rumah ini, karena aku sering menggarap Putri
disini, ya, ini rumah keluarga Putri, dengan
penuh tanda tanya aku menunggu tante Linda
membukakan pintu.
Setelah didalam, keterkejutanku belum hilang,
dan tampaknya tante Linda sadar akan hal itu,
sehingga di berkata
"Kenapa? Kok heran sih? Ini memang rumah
keluarga Putri"
"Em... tante nyewa disini yah?"
"Bukan, gini yah, aku ini simpananya papanya
Putri, jadi aku dibuat seolah-olah ngontrak disini,
pas kemaren kamu main ma PUtri disini aku
juga liat ko, pasti kalian ngira rumah ini kosong
kan? Waktu itu aku sudah ada dirumah ini" ujar
tante Linda menjelaskan panjang lebar
"Jadi tante liat aku dengan Putri....."
"Semuanya!" kata tente Linda menegaskan
"Makanya aku jadi kepengen nyobain ma kamu,
abis Putri keliatannya nikmat banget sih"
"Ah tante curang, tante dah liat aku tapi aku
cuma dapet toket doang"
Selesai berkata begitu tante Linda mendorongku
ke sofa lalu memasang memasang musik
"Tenang aja sayang, aku ngajak kesini bukan
cuma buat toketku aja"
Musik mengalun, irama dance mengiringi
langakah perlahan tante Linda yang
mengeluarkan aura kesexyannya, bajunya yang
tadi aku buka entah sejak kapan melekat kembali
dibadannya. Setelah tiba didepanku, ia
menatapku menggoda, lama sekali rasanya
sebelum ia mulai mengusap-usap
selangkangannya dan mulutnya mengulum
tanganya yang satu lagi, sambil sesekali
memukul pantatnya.
Saat yang dikirannya aku sudah panas berat, ia
mulai bergoyang mengikuti irama dance,
meliuk-liuk erotis, sambil memainkan pinggiran
bawah bajunya, sesekali ia mengkat baju itu
hingga perut mulusnya kelihatan. Jantungku
semakin cepat berpacu saat ia mengangkat baju
itu dan mencampakkannya entah kemana,
begitu juga dengan celananya sudah tak
menutupi paha mulusnya lagi.
Sekarang dengan hanya tertutupi oleh bh dan cd
ia menari lebih liar, sehingga toketnya
berguncang-guncang, sepeti hendak jatuh.
Akhirnya ia membalikkan badannya, lalu
menungging persis di depan hidungku, dengan
perlahan ia tarik kesamping penutup vaginanya
sehingga memperlihatkan sorga bagi ******
pria. Sebelum lidahku mencapai vagina itu, ia
menarik pantatnya. Setelah menari sedikit lagi,
tante Linda menggapai pengait bhnya dibelakan,
dan dengan satu hentakan bh itu seketika
menjadi longgar dan toketnya seperti terloncat.
Setelah bermain-main dengan toketnya sebentar,
ia berjalan kearahku, lalu duduk di pangkuanku.
Sempat bertatap mata sebentar, ia menempelkan
bibirnya ke bibirku, lalu dengan agresif
meluamatnya. Lidahnya mulai menyelinap ke
dalam mulutku, lalu dengan tiba-tiba aku
menyedot lidah itu sekuat tenaga, sehingga tante
Linda tersentak kaget, dan sebagai ekspresi
kenikmatannya pantatnya digesek-gesekannya
ke selangkanganku.
Seketika ******ku berdenyut dengan hebatnya,
lalu mulai berevolusi menjadi senjata tempur.
Sepertinya tante Linda merasakan desakan di
pantatnya, sehingga ia turun dan mulai
melepaskan resletingku, saat tanganya
menyelinap di cd ku, ia menarik keluar ******ku
yang hampir berevolusi sempurna itu
"Waduh, hebat banget, kamu masih kecil tapi
******nya dah gede gini, wah bulunya nyampe
batang yah? asik ni, bakal nikmat" ujar tante
Linda tanpa bisa menghentikan ekspresi
keterkejutannya. Memang, akibat kebodohanku
di waktu kecil dibatangku juga tumbuh bulu, tapi
akhir-akhir ini, aku tahu bahwa itu membawa
kenikmatan ekstra bagi vagina wanita, apa lagi
bulu itu aku pangkas pendek, sehingga menjadi
berdiri dan tajam-tajam, seperti kumis atau
jenggot yang baru dicukur.
Sementara itu tante Linda keliahatan
berkonsentrasi memasukkan ******ku ke
mulutnya, ia hanya berani memasukkan sampai
batas bulu batangku, mungkin dia tak dapat
menahan geli-geli akibat bulu-bulu itu. Sambil
meremas-remas pelirku dengan lembut, ia
menaik turunkan kepalanya di selangkanganku.
Bosan dengan kevakumanku, tante Linda
membimbing ku kelantai lalu berbalik untuk
posisi 69. Cd hitamnya kini terpampang di depan
wajahku, dengan perlahan aku gosok tengah
cdnya dengan jariku. Seketika aku sudah
melepaskan cd itu, dan kini terpampanglah
vagina yang bersih dari bulu dihadapanku. Aku
telusuri belahanya dengan jariku lalu aku kuakkan
celah itu sehingga memperlihatkan daging
merah muda yang tersimpan dibaliknya.
Tanpa menhiraukan bau khas vaginanya aku
menjilatinya perlahan, sehingga tante Linda yang
sedang mengerjai ******ku mendesah-desah
keenakan. Ia mengangkat tubuhnya lalu pindah
ke sofa. Seakan memanasi aku, ia mengusap-
usap vaginanya sambil medesah-desah.
Tanpa disuruh aku langsung menerkam vagina
itu, kali ini aku tak sungkan untuk berlaku liar
pada vaginanya, sehingga kelembutan yang tadi
aku tunjukan hilang seketika. Tante Linda
tampaknya terkejut akan perubahan itu,
sehingga memaksa mulutnya megeluarkan
desahan-desahan hebat, untuk mengekspresikan
kenikmatan yang dia rasakan.
"Uohh... sayang, enak sayang, terus.... ya disitu"
Ucapnya berkali-kali saat lidahku mengenai
klitnya. Terikan itu bagai penyemangatku untuk
melakunnya lebih liar lagi, sehingga desahan itu
semakin tak terkotrol lagi keluar dari mulut tante
Linda.
"Ukh... sayang aku tak kuat lagi, masukkan
sayang... sekarang"
Mendengar itu aku, langsung mengendurkan
seranganku di vaginanya, dan hanya menciumi
bagian dalam pahanya. Menyadari hal itu, tante
Linda terlihat kecewa,
"Sayang, masukkan sekarang aku sudah ga kuat
lagi" rintihnya setengah memohon
Aku yang memang menyukai keadaanya itu,
seolah tak menghiraukannya. Lalu tante Linda
terlihat kalap, ia berdiri lalu menidurkan aku di
lantai, dan tanpa banyak tanya lagi, ia meraih
******ku lalu dengan setengah berjongkok ia
menempelkan ******ku ke bibir vaginanya yang
sudah basah itu, dengan sekali entakan, setengah
******ku menerobos liang vaginanya. Lalu ia
mencoba menekankan agar ******ku masuk
lebih dalam, tapi saat bibir vaginanya menyentuh
batas bulu batangku ia sontak menarik
pantatnya, terlihat ia menggigit bibir bawahnya
menahan kenikmatan.
Iba melihanya, aku raih tubuhnya lalu aku kecup
bibirnya, sesaat sebelum aku hentakkan pantatku
keatas aku peluk dia erat-erat sambil tetap
menciumi bibirnya
"Mmph..." terdengar jeritan tertahan keluar dari
mulutnya saat aku dorong pinggulku keatas, dan
pinggulnya terlihat menegang. Aku peluk di lebih
erat, dan pantatnya aku tekankan kebawah
sehingga ******ku sekarang sepenuhnya
tersarung di vaginanya. Aku renggangkan
pelukanku, dan membiarkan tante Linda
menikmati bulu batangku di vaginanya.
Tak lama, tante Linda bangkit, dan mulai
menggerak-gerakan pinggulnya, terasa bagai
sengatan listrik kenikmatan itu menjalar di
seluruh tubuhku. Makin lama gerakannya
semakin cepat dan liar, tak jarang ia
menggoyangkan pinggulnya kekiri dan kekanan
seakan ingin mereamas ******ku dengan
vaginanya.
Sekian lama bergoyang kenikmatan sesaat
menjelang keluarnya sperma mulai kurasakan,
tapi tiba-tiba saja tante Linda melenguh dan
vaginanya meremas ******ku kuat
"Arghh..... sayang aku dah keluarrrrr" teriaknya
diiringi desakan air hasil orgasmenya di
******ku, toketnya yang besar itu jatuh
menimpa dadaku setelah tubuhnya mengejang.
Aku biarkan dia menikmati keadaan ini sebentar,
aku peluk dia sambil lehernya kukecup.
Setelah tante Linda tenang, dengan ******ku
masih bersarang di vaginanya aku balikkan dia
secara tiba-tiba. Belum hilang kekagetanya, aku
raih kedua tanganya lalu aku tahan diatas
kepalanya, dan tanpa ampun aku langsung
mengenjotnya sekuat tenaga, kali ini aku betul-
betul buas melihat toketnya yang menjulang
karena tanganya aku letakkan diatas kepala,
sambil pinggulku terus bergerak turun naik,
mulutku terus melahap toketnya, aku jilati, aku
hisap sekuat tenaga.
Tampaknya tante Linda setengah mati menerima
seraganku, pinggulnya bergoyang kegelian,
tubuhnya menggeliat, tanganya berusaha
melepaskan peganganku agar bisa meremas
sesuatu untuk meredam nikmatnya, tapi aku aku
tak mau tau, aku tetap mengenjotnya sambil
menghisap-hisap putingnya, sehingga tante
Linda hanya bisa teriak-teriak untuk
mengekspresikan kenikmatan yang dia rasakan.
Dalam beberapa menit, teriaknya semakin liar
dan ditandai teriakan keras ******ku kembali
dibasahinya dengan air orgasmenya. Aku yang
juga merasakan hampir sampai tak mengurangi
seranganku sedikit juga, tak peduli hentakan
tante Linda yang semakin kuat untuk melepaskan
belengguku. Akhirnya saat itu akan tiba,
******ku serasa hendak meledak
"Tante, aku keluarrrrrr.....arghhh....." teriaku
sesaat sebelum ******ku meledak. Lalu diawali
dengan tusukan kuat yang membenamkan
******ku penuh ke vaginanya aku muntahkan
spemaku di dasar terdalam vagina tante Linda,
tak cukup sekali, aku kembali menghentak seiring
tembakan kedua di vaginanya, terus ketiga, dan
akhirnya berhenti di hentakan kelima.
Tangan tante Linda terlepas dan seluruh badanku
menjadi lemas, hanya satu yang masih berdiri
tegak, ******ku masih terasa menegang di
vagina tante Linda. Menyadari hal itu tante Linda
kembali membalikan tubuhnya, lalu mengenjot
pantatnya. Aku yang sudah tak kuat lagi
berusaha melepaskannya, tapi seakan ingin balas
dendam,tante Linda menahan tangaku, dan ia
terus menaik turunkan pantatnya. Seakan
tubuhku dialiri listrik yang keluar dari vagina tante
Linda, tapi ia tak mau tau, tante Linda terus
menaik turunkan pantatnya, hingga akhirnya ia
orgasme buat yang ketiga kalinya.
Tante Linda tampaknya juga kelelahan sehingga
ia langsung merebahkan diri di atas dadaku, lalu
setelah bericiuman aku memeluk tante Linda dan
tidur karena kecapean. ******ku yang masih di
dalam vagina tante Linda perlahan mengecil dan
akhirnya terlepas, dan dari vaginanya menetes
cairan, aku tak dapat melihanya, hanya
merasakan cairan itu di ******ku. Melihat tante
Linda yang membiarkanya, aku pun melanjutkan
tidurku.
Saat aku terbangun, aku sudah diselimuti, dan
tante Linda tak tampak, lalu setelah berkeliling,
aku menemukan dia sedang memasak telur di
dapur, perlahan aku dekati dia, aku peluk dari
belakang, lalu tanpa permisi lagi aku buka
celananya lalu aku tusuk dari belakang, tante
Linda melenguh keenakan, ia mematikan
kompor lalu berbalik dan menciumku
"Sabar dulu sayang, kita masih banyak waktu,
sarapan dulu, biar kuat" ujarnya lembut, aku pun
menungguinya masak dengan tetap telanjang
sambil tetap mempereteli tubuhnya, toketnya,
bahkan menusukan jariku di vaginanya yang
sudah tak berpenutup.
Kami sarapan bersama, aku hanya mengenakan
celan pendek tante Linda, sehingga selesai
sarapan, tante Linda dengan mudah
menemukan ******ku dibawah meja lalu
mengulumnya. Hari itu kami melakukannya 3
kali, sampai hari menunjukkan pukul 2 siang.
Kalau aku tak ingat ada janji dengan teman-
temanku, aku pasti akan menyetubuhi tante
Linda lebih banyak.


Adult | GO HOME | Exit
1/1670
U-ON

inc Powered by Xtgem.com